(Pendiri dan pembina Islamic College for Advanced Studies (ICAS), STFI Sadra, STAI Madina Ilmi, dan Penerbit Mizan )
BerFilsafat : Demi
Memecahkan Krisis Modernisme
Evolusi ilmu pengetahuan dan
kebudayaan manusia telah sampai ke zaman yang memaksa kita untuk berpikir holistik, sistemik, dan reflektif untuk memahami
realitas dalam memecahkan problem-problem besar yang
diakibatkannya.
Krisis ekologis, misalnya, mengentakkan kesadaran manusia untuk menggugat pandangan kosmologi
modern—yang atasnya sains modern dikembangkan—yang bersifat parsial dan
positivistik-antroposentrik, yang telah dianut hampir tiga abad.
Krisis ini menggugah, antara lain, seorang filosof analitik dari
Norwegia, Arne Naess, melakukan hijrah intelektual untuk menjadi pelopor apa
yang disebut Gerakan Ekologi Dalam (Deep Ecology Movement) pada pertengahan dasawarsa
1970-an.
Dengan Ekologi Dalam, ia merunut akar persoalan dalam kekeliruan
peradaban modern dalam melihat dan menempatkan posisi lingkungan alam semesta
kita dan bentuk hubungan manusia dengannya—yakni, pandangan teknologistik yang
bersikap eksploitatif.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan juga mendorong Thomas S.
Kuhn, seorang saintis, mencoba memahami gerak laju ilmu pengetahuan sebagai
dibentuk oleh “paradigma” yang diterima luas pada setiap masa—sebuah kumpulan
keyakinan dan pemahaman tentang alam semesta yang berkorelasi erat dengan
metafisika dan nilai (The
Structure of Scientific Revolutions).
Maka, dalam rangka mencari sains yang lebih sesuai dengan kebutuhan
manusia, Fritjof Capra—seorang ahli fisika yang lebih belakangan—terpaksa
menoleh ke hikmah Timur, khususnya Taoisme, untuk membangun kembali bangunan
ilmu pengetahuan yang sudah telanjur dirongrong oleh relativime dan skeptisisme
(The Tao of Physics).
Kedua contoh di atas tampaknya kembali menunjukkan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa terpisahkan dari induknya, yakni
filsafat. Dengan kata lain, pemisahan keduanya secara paksa telah terbukti
menimbulkan berbagai krisis kemanusiaan, ekologi, krisis keyakinan yang
melahirkan alienasi, dan sebagainya.
Selengkapnya dapat dilihat
tautan sbb :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar